Selasa, 24 Juni 2014

Sisi Lain Festival Budaya Dieng (Dieng Culture Festival) bag.1

Sisi Lain Festival Budaya Dieng (Dieng Culture Festival)




Siapa yang tidak kenal Dieng, sebuah Plateau atau dataran tinggi yang dipenuhi dengan telaga, mata air, kawah, bukit dan gunung. Kawasan Dieng unik karena selain sebagai kawasan reservoir, Dieng juga merupakan jalur gunung berapi. Yang menjadi Dieng lebih istimewa selain secara geografis tersebut, Dieng juga menyimpan kekayaan budaya. Di Dieng terdapat barbagai macam bukti sejarah kebudayaan dari masa lampau. Komplek Candi Dieng menunjukan masyarakat dieng kuno telah berada di bawah kerajaan penganut agama Hindu. Perpaduan antara tingginya budaya dan keindahan alam nya membuat dieng menjadi kawasan yang sangat menarik untuk di kunjungi.
Budaya Dieng sangat menekankan kepada kearifan lokal masyarakatnya baik terhadap alam maupun sang Pencipta, tercermin dari acara-acara keagamaan yang ada di Dieng maupun dari keseniannya. Salah satu upacara adat di dieng adalah Ruwatan Cukur Rambut Gimbal yang rutin diadakan setiap tanggal 1 suro
Sekilas Ruwatan Potong Rambut Gimbal

Ruwatan adalah ritual sakral dengan tujuan untuk membebaskan, membersihkan seseorang dari sesuatu yang dipandang tidak baik atau buruk serta jahat. Dalam ruwatan juga ada harapan, keinginan, agar orang terhindar dari malapetaka yang akan menimpa kepada mereka apalagi ada agembel akan riskan dengan malapetaka tersebut, untuk mencegah hal tersebut maka diperlukan adanya ritual ruwatan.

Dalam prosesi ritual ini, masyarakat di Pegunungan Dieng membentuk panitia khusus yang diketuai oleh tetua adat masyarakat di Pegunungan Dieng. Kepanitiaan yang sudah dibentuk ini kemudian bertugas sesuai dengan bagiannya masing-masing. Prosesi ritual ini melibatkan seluruh masyarakat di Pegunungan Dieng dalam mempersiapkan semua perlengkapan dan peralatan yang akan digunakan dalam prosesi ritual. Perlengkapan itu antara lain: baju, dalang, tempat rambut yang sudah dipotong, tumpeng, sesaji.

Ritual dilaksanakan pada tanggal satu Sura. Pada hari itu sejak subuh masyarakat mulai berdatangan ke pelataran Batu Tulis tidak jauh dari Teater Dieng Plateu untuk membantu persiapan ritual. Peserta ritual ruwatan mempersiapkan diri didampingi oleh orang tua peserta ruwatan Potong Rambut Gembel. Peserta ritual diwajibkan memakai pakaian khusus, peserta pria memakai beskap sedangkan peserta wanita berkebaya.

Rangkaian prosesi Ritual Ruwatan Potong Rambut Gimbal adalah sebagai berikut:
1. Peserta ruwatan memasuki tempat ritual.
2. Pemimpin ritual berdoa mohon perlindungan Allah SWT.
3. Sungkeman. Prosesi ini bertujuan untukmeminta doa dan restu dari orangtuapeserta ruwatan.
4. Pemimpin ritual ruwatan berdoa sebelum melakukan siraman (memandikan) peserta ruwatan.
5. Siraman. Prosesi ini secara simbolik melambangkan penyucian diri para pesertaruwatan.
6. Pemotongan rambut gembel merupakan acara puncak dalam prosesi ruwatan.Setiap kali akan memotong rambut gembel, pemimpin ritual memasukkan cincin emas di rambut yang akan dipotong sampai proses pemotongan rambut gimbal selesai.
7. Rambut yang telah dipotong dimasukkan kedalam mangkuk yang berisi air dan kembang setaman. Rambut ini kemudian akan dihanyutkan di sungai sebagai lambang membuang segala petaka yang ada dalam diri peserta ruwatan.
8. Peserta berganti pakaian.
9. Memberikan permintaan sesuai keinginan dari peserta ruwatan.
10. Makan bersama

Inti dari Prosesi Ritual Ruwatan Potong Rambut Gimbal di Dieng ini ialah membuang segala bencana, kejahatan, dan malapetaka sehingga anak yang diruwat memperoleh keselamatan dan kebahagiaan, sekaligus untuk memohon keselamatan dan kesejahteraan bagi warga masyarakat Dieng. Dengan melakukan ritual ini masyarakat akan merasa tenang,ayem tentrem. Sebaliknya apabila masyarakat tidak melaksanakan ritual maka akan timbul rasa takut akan adanya musibah atau gangguan roh halus yang jahat. Ritual ini juga berhubungan dengan pemujaan dan penghormatan kepada Allah SWT dan para leluhur ini merupakan permohonan untuk memperoleh keselamatan dan kebahagiaan dunia dan akhirat

Di masa kekinian, seperti halnya masyarakat adat daerah lain, masyarakat Dieng dihadapkan kepada tantangan dengan adanya kemajuan jaman dan pengaruh budaya luar yang masuk ke Dieng. Hal ini di percepat dengan status daerah Dieng yang merupakan daerah wisata sehingga sering masyarakat dieng terutama generasi mudanya terpengaruh dan melupakan budaya awal mereka.
Perkembangan pariwisata di Dieng juga menjadikan masyarakat dieng yang selama ini merupakan masyarakat agraris yang secara ekonomi kekurangan menjadi tertarik untuk terjun di dalamnya. Hal itu ditandai dengan banyaknya tumbuh rumah penginapan ataupun homestay, warung makan, atau munculnya jasa pemandu dan porter. Seiring waktu, hanya sebagian yang dapat menikmatinya, sebagian lainnya tidak berhasil disebabkan karena akses yang terbatas, atau pengetahuan yang kurang tentang dunia pariwisata
Ditengah tantangan dan kendala di atas, ada suatu fenomena yang menarik dari masyarakat Dieng terutama generasi mudanya yang sadar akan permasalahan diatas. Di desa Dieng Kulon terdapat kelompok sadar wisata bernama Pandawa, mereka melihat permasalahan itu sebagai suatu peluang. Dengan pemikiran yang lebih maju dan berpendidikan lebih baik dari generasi sebelumnya mereka memunculkan gagasan untuk mengadakan festival budaya di Dieng
Festival budaya ini mengambil momentum saat Ruwatan Potong Rambut Gimbal dilakukan. Yang kemudian dikemas dan terangkum dalam berbagai macam acara dengan 4 tujuan dasar, yaitu acara budaya itu sendiri untuk melestarikan budaya lokal masyarakat dieng, mengemas budaya dengan acara pertunjukan kontemporer sehingga dapat dinikmati seluruh lapisan masyarakat, memperluas cakupan wisata daerah dieng dengan acara pengenalan obyek-obyek wisata baru, dan yang terakhir berusaha untuk memeratakan dan melibatkan seluruh lapisan masyarakat dieng dalam acara sehingga imbas positif baik berupa ekonomi maupun kepedulian akan sadar wisata dapat tewujud

bersambung ke bag.2





Tidak ada komentar:

Posting Komentar